Dengan menulis aku bisa menjadi siapapun
Herzliche Wilkommen
Selamat Datang

Jumat, 24 Juni 2011

Keluhku pada Ibu Pertiwi

Mata, hati, dan pikiranku kaku.

Tak sanggup berimajinasi lagi

Bibirku beku

„Haruskah aku cemas menjadi anakmu?“

Terlalu kejam

Terlalu sadis

„Saudaraku kembali disiksa“

„Luntang lantung di negeri orang“

Ia tak bisa lagi berteriak membela diri

Mulutnya telah digunting

Oh…. kejamnya

Ibu pertiwiku yang anggun

Apakah ini bagian dari perjuangan?

Perjuangan kakak-kakakku Pahlawan Devisa

Bergulat dengan kejamnya pola pikir manusia beda budaya.

Demi mendapatkan sepiring nasi

Dia bukan perampok

Pekerjaannya mulia

Ibu pertiwiku yang cantik

Sakit rasanya harus berulang kali mendengar hal yang sama.

Lagi-lagi saudaraku dipermainkan

Harga diri saudaraku diinjak..

Dan mengapa kau hanya terdiam

Ibu pertiwiku yang gagah berani

Sadarkah jika kita selama ini terlalu lemah

Yang mendampingimu di belakang merah putih

hanya akan turut prihatin atas semua kejadian yang menginjak-injak martabat bangsa

Tanpa pembelaan yang memuaskan

Mungkinkah mereka terlupakan

Foto mereka yang lugu itu tertutup berkas-berkas kasus keren kaum Elit.

Seperti kajadian-kejadian sebelumnya.

Oh Ibu pertiwiku yang cantik

Betapa cemasnya aku manjadi anakmu.

Ada apa dengan Negeriku?

Aku merasa nyawaku tidak berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar